Menapaki masjid demi masjid.
Dalam langkah gontai.
Mencari damai di sudut-sudut rumahNya.
Dalam sujud panjang ditemani rinai air mata.
Menyenandungkan ayat-ayat indah.
Dalam lirih penuh asa.
Menanti terbukanya pintu dan jendela sebuah hati.
Merenung bersama kecerdasan dan pemahaman ilmu.
Dia tak pernah salah memberi.
Dia tak pernah salah memilih.
Dia tak pernah salah memutuskan.
Dia tak pernah dusta akan janji.
Merenda sabar di atas sabar.
Dan ikhlas di atas ikhlas dalam penantian.
Yang pasti akan berujung.
Karena tak ada penantian yang tak berujung.
*teruntuk BOLSAY...*
...15juni2011 ~ 07.55...
Meluaskan Hati
Melapangkan hati agar ridha atas setiap kehendak dan ketetapanNya, dan membuka hati agar mudah menerima kebenaran dan mengikutinya.
Rabu, 15 Juni 2011
Selasa, 14 Juni 2011
Menikmati Keterjebakan
Beberapa hari lalu, Rabu 8 Juni, kira-kira jam 09.45, saya terjebak dalam kamar mandi selama kurang lebih setengah jam. Saya hanya seorang diri di rumah. Lupa jika pegangan pintunya rusak. Dengan semangat dan sedikit tergesa-gesa, saya tutup pintu agak cepat. Jebrettt! Pintu pun tertutup rapat. Saya masih belum ingat jika pintu tidak bisa dibuka dari dalam. Benar-benar hilang ingatan.
Selesai mandi, baru tersadar. Laah...aku terjebak?! Hadeueeeh...gimana dong keluarnya? Coba bawa hp seperti biasanya. Karena bukan saat ‘ngebom’, ya hp nggak saya bawa. Tuing-tuing... Tengok kanan kiri, adakah alat yang bisa dipakai untuk mencongkel? Gayanya ingin jadi Mc Gyver, tokoh jagoan di film serial tivi jaman baheula yang banyak akal itu. Hihi.. Tapi nihil.
Hmmmm....mulai panik. Mulai sesak napas. Baru juga beberapa menit sebelumnya asma meninggalkan saya. Masak si...pingsan di kamar mandi? Masih mendinglah masih bisa bangun. Lah, kalau mati di kamar mandi? Secara, saya punya asma, dan sedang sering kambuh cukup parah. Duuuh..masak mati dalam kamar mandi? Nggak indah banget. Dimana khusnul khatimahnya? Ogah! Nggak mau mati di dalam kamar mandi. Ogah banget! Lupa, kalau Allah sudah berkehendak, mana ada yang bisa melawan atau menentang? Allah geto lhoh! Maha Kuasa.
Tenang...tenang... Mencoba menenangkan diri. Nggak boleh panik. Enjoy.. Akhirnya berhasil tenang dan sesak pun reda. Apa perlu saya teriak minta tolong? Nanti yang datang laki-laki, dobrak pintu kamar mandi, lihat saya, lalu setan tiba-tiba lewat, saya diapa-apain? Waduh..nggak deh! Untunglah saya terjebak di kamar mandi luar, yang berjendela dan berlubang, yang di sebelah kamar mandi adalah gang, jadi bisa minta tolong orang yang lewat. Bukan di kamar mandi dalam kamar tidur saya, yang rapat, hanya ada lubang yang tembus ke atap, yang pastinya lebih sulit meminta bantuan.
Badan saya mulai disergap hawa dingin. Musuh asma saya. Sembari terus berdzikir dalam hati dan terus berpikir positif, bahwa Allah akan segera mengeluarkan saya, saya naik bak mandi dan mengintip dari celah jendela. Menanti dan melihat siapa yang lewat. Masih mencoba menikmati keterjebakan dalam kamar mandi, terus berharap anak tetangga lewat. Lupa, jika saat itu jam sekolah. Atau tetangga perempuan yang lewat. Di rumah sebelah ada tukang sedang bekerja. Setiap kali saya teriak memanggil nama tetangga, bunyi pukulan palu si tukang tak terdengar. Membuat was-was, kawatir si tukang mendengar saya terjebak dalam kamar mandi dan masuk rumah.
Alhamdulillah, Hasbi, putera tetangga lewat. Ibunya sedang pergi, jadi saya memintanya memanggilkan tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumah saya. Horreeee..! Akhirnya saya terbebas, ketika saya mulai bisa menikmati terjebak dalam kamar mandi. Pfffiuuuh...pengalaman cukup seru! Cukuplah sudah kali itu saja merasakan terjebak dalam ruang sempit. Gimana yang phobia ruang sempit ya? Untunglah saya bisa mengontrol diri, sehingga segera terbebas dari kepanikan yang bisa berakibat fatal. Allah Maha Segalanya. Jika bukan dari dan karena Allah, manalah ada materi tentang sabar dan tawakal yang diajarkanNya dalam kamar mandi. Subhanallah.. Terbukti lagi, bahwa berpikir positif akan melahirkan tindakan dan buah yang positif. Bahwa, dalam hidup yang ramai dengan pernak pernik ini, harus pandai mengendalikan rasa dan ingin, agar dapat berpikir tenang dan jernih, agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Alhamdulillah, Hasbi, putera tetangga lewat. Ibunya sedang pergi, jadi saya memintanya memanggilkan tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumah saya. Horreeee..! Akhirnya saya terbebas, ketika saya mulai bisa menikmati terjebak dalam kamar mandi. Pfffiuuuh...pengalaman cukup seru! Cukuplah sudah kali itu saja merasakan terjebak dalam ruang sempit. Gimana yang phobia ruang sempit ya? Untunglah saya bisa mengontrol diri, sehingga segera terbebas dari kepanikan yang bisa berakibat fatal. Allah Maha Segalanya. Jika bukan dari dan karena Allah, manalah ada materi tentang sabar dan tawakal yang diajarkanNya dalam kamar mandi. Subhanallah.. Terbukti lagi, bahwa berpikir positif akan melahirkan tindakan dan buah yang positif. Bahwa, dalam hidup yang ramai dengan pernak pernik ini, harus pandai mengendalikan rasa dan ingin, agar dapat berpikir tenang dan jernih, agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Selasa, 31 Mei 2011
Kau Segalanya
Adakah lagi yang miliki nama seindah namaMu Rabb?
Adakah lagi yang sebijak Engkau?
Adakah lagi yang selembut Engkau?
Adakah lagi yang miliki cinta tulus seperti cintaMu?
Adakah lagi yang tak pernah berkhianat dan selalu tepati janjinya sepertiMu?
Ah Rabb..
Engkau Maha Segala.
Rindu bersamaMu menyesakkan ruangku.
Mengemis cintaMu..
Berharap Kau cintaiku sebagaimana Kau cinta RasulMu
...21april2011...
Adakah lagi yang sebijak Engkau?
Adakah lagi yang selembut Engkau?
Adakah lagi yang miliki cinta tulus seperti cintaMu?
Adakah lagi yang tak pernah berkhianat dan selalu tepati janjinya sepertiMu?
Ah Rabb..
Engkau Maha Segala.
Rindu bersamaMu menyesakkan ruangku.
Mengemis cintaMu..
Berharap Kau cintaiku sebagaimana Kau cinta RasulMu
...21april2011...
Minggu, 29 Mei 2011
Dunia Baruku
Add caption |
Seminggu ini sedang malas bepergian. Hanya ingin di rumah bermesraan dengan si Purple. Terkadang mojok. Mengamati barisan kalimat dan menumpahkan kalimat pada si Purple. Termangu dalam diam yang panjang. Tak ingin ada suara lain selain deru kendaraan yang tak mungkin di hentikan karena rumah saya di sisi jalan raya. Terkadang di selingi aktivitas memasak dan ngojek antar jemput sekolah. Jika barisan kalimat sudah menari-nari dalam benak, tak jarang menjemput anak-anak jadi diulur. Khawatir menguap. Begitulah, jika daya ingat sudah mulai melemah.
Alhamdulillah ada asisten yang rajin dan inisiatifnya tak perlu diragukan atau diasah. Pekerjaan rumah sudah ditangani asisten. Saya hanya memasak dan menyelesaikan pekerjaan mencuci piring, karena asisten tidak menginap. Hobi komentator di facebook berkurang. Menikmati kenarsisan juga melemah. Sedang tidak ingin dikenal atau diketahui orang bagaimana penampakan saya. Sedang menikmati jadi pengamat.
Empat hari lalu, tanggal 25 Mei jam 15:39, seorang kawan mengirimkan pesan lewat ponsel saya. Isinya, "Artikel Mimay dibaca lebih dari 100 pembaca (artikel kedua saya, Jangan Sepelekan Memasak, dimuat di fimadani.com tanggal 25. Mei jam 07:30). Jazakillah ya mi, dah bantu dongkrak statistik fimadani. Kalo Mimay jadi kontributor (fimadani) tetap gimana?." Surprise! Tawaran yang buat saya disergap oleh berbagai rasa. Gembira dengan berita kenaikan statistik fimadani. Terharu, hingga menggenanglah air mata simpanan saya. Bersyukur, Allah hidupkan kembali rasa percaya diri saya yang sempat terhempas. Saya temukan lagi potensi yang terpendam. Heran dengan kenekatan teman yang berani memberi tawaran luar biasa kepada saya, orang yang baru saja memulai belajar menulis.
Alhamdulillah artikel yang dimuat tidak banyak editan. 100% tulisan saya. Membuat rasa percaya diri dan keyakinan juga semangat kian menjulang. Biasanya peletakkan tanda baca masih ada yang salah tempat. Saya masih suka bingung memberi judul supaya menimbulkan rasa penasaran pembaca hingga membuatnya tertarik untuk membaca.
Saya sempat ragu apakah menerima atau menolak tawaran menjadi kontributor tetap. Akhirnya, bismillaah...saya terima tawaran tersebut, karena waktu menyerahkan satu artikel dalam seminggu atau dua minggu, Insya Allah waktu yang sangat cukup. Semoga selalu Allah hadirkan ide-ide cemerlang di benak saya, sehingga saya tak pernah mati ide. Saat-saat kehabisan kata pun semakin berkurang. Amiin..
Jika sebelumnya anak-anak dan suami sempat protes atas kebiasaan saya berfacebook ria dengan ponsel, sekarang tak terdengar lagi suara protes mereka. Meskipun siang malam di depan si Purple. Mereka turut gembira setiap kali artikel saya dimuat. Si sulung malah sempat menangis ketika membaca artikel pertama saya, Empati Seorang Anak.
Alhamdulillah..bertambah lagi aktivitas yang bermanfaat. Semoga waktu yang sedikit ini bisa menjadi jembatan bagi saya meniti jalan surga. Amiin...Ya Allah amiin..
Menjemput Bahagia
Add caption |
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr (103):1-3)
Betapa berartinya kebahagiaan. Hingga demi menciptakan kebahagiaan, para ilmuwan dari London School of Economics and Political Science, Inggris, melakukan analisa data genetik pada 2500 partisipan dan telah berhasil mengidentifikasi gen pemicu rasa bahagia yang disebut sebagai 5-HTT. Gen bahagia tersebut membantu sel syaraf untuk mendaur ulang senyawa serotonin, yang diketahui berhubungan dengan mood dan depresi, seperti yang dikutip dari Independent. “Menemukan gen ini membantu kami untuk menjelaskan mengapa beberapa orang cenderung lebih bahagia dari pada yang lain,” tutur De Neve.
Memang, masing-masing orang berbeda dalam memandang dan menakar kebahagiaan. Cobalah tilik setiap sudut ruang di jiwa kita. Ada banyak bahagia di sana. Jika tak kita peroleh bahagia yang kita harapkan, mungkin akan kita peroleh di kehidupan berikutnya, atau akan kita peroleh kebahagiaan yang lain. Ketika kita senang dapat membuat orang lain tersenyum, tertawa, atau terharu karena kejutan yang kita berikan, bukankah itu membahagiakan? Ketika kita dapat mencintai dan dicintai, bukankah itu kebahagiaan? Ketika kita berhasil mengalahkan amarah dan ego kita, juga nafsu kita yang lainnya, dan kita gembira, bukankah itu bahagia juga? Banyak. Ada banyak bahagia. Yang jika kita coba sebut satu persatu takkan pernah bisa disebut semua, karena terkadang kita bahagia tanpa kita sadari.
Rabi’ah al Adawiyah, bahagia dengan kesendiriannya, karena begitu tinggi cintanya kepada Allah, hingga tak ingin memiliki cinta yang lain. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara.
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma’rifatullah, mengenal Allah SWT. Al-Ghazali pun mengatakan,
“Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya maka rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.“
“Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya maka rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.“
Kelezatan hati adalah ma’rifah kepada Allah, karena hati diciptakan untuk mengingat Sang Pencipta. Maka dapat mengenal Allah adalah puncak kebahagiaan. Dan tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan di sisi Allah.
Sedang menurut ulama besar Prof. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih akrab dipanggil Buya Hamka, Islam mengajarkan empat jalan menuju kebahagiaan. Pertama harus ada i’tiqad, yaitu motivasi yang sungguh-sungguh dari diri sendiri. Kedua yaqin, yaitu keyakinan yang kuat akan sesuatu yang sedang dikerjakannya. Ketiga iman, yaitu yang lebih tinggi dari sekedar keyakinan, yang dibuktikan dengan lisan dan perbuatan. Keempat ad diin, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga menjadi penghambaan diri yang sempurna. Mereka yang menjalankan ad diin secara sempurna tidak akan berlama-lama dalam kesedihan, karena mereka benar-benar yakin akan jalan yang telah dipilihkan Allah untuknya.
Allah sebagai Pemilik Jiwa dan Penguasa. Jika kita telah mengenalNya dengan baik, maka akan kita ketahui mengapa ada sedih dan gembira, musibah dan bahagia. Dua hal yang seperti keping mata uang, selalu bersisian. Tak pernah ada yang sia-sia atas semua kehendak Allah. Jika kita mau merenung dan membuka hati dengan luas, akan kita lihat kebenaran dan hikmah di setiap peristiwa. Kita akan menjadi lebih bijak dalam mensikapi hidup dan kehidupan. Lebih banyak bersyukur sebesar apapun pemberian Allah, agar Allah menambahkan nikmatNya.
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim (14):7)
Dan tak perlu menjadi yang terbaik, tapi berusaha untuk menjadi lebih baik.
Rasulullah SAW mengajarkan doa yang sangat dahsyat. Doa memohon kepada Allah agar di luaskan hati untuk menerima kebenaran dan mengikutinya serta ditunjukkan yang salah agar dapat menjauhinya. Ada banyak orang yang telah mengetahui banyak kebenaran, tapi tak cukup mampu untuk mengikuti. Dan mengetahui sesuatu itu salah, tapi tak menjauhinya.
“Allaahumma aarinal haqqa haqqan warzuq nattibaa’ah wa aarinal baathila baathilan warzuqnajtinaabah, yang artinya, Ya Allah, tampakkan kepada kami yang baik itu baik, dan anugerahi kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tampakkan kepada kami yang salah itu salah, dan anugerahi kami kekuatan untuk menjauhinya.”
Dan Allah memberikan janji,
“Maka ingatlah kamu kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu.”(QS. al Baqarah(2):152)
Kita semua berhak atas kebahagiaan. Mari, kita jemput bahagia! Agar hidup lebih indah. Lebih ceria. Lebih semangat. Biasanya suasana hati yang gembira akan memudahkan datangnya ide-ide cemerlang. Menginspirasi kita untuk melakukan banyak hal. Hidup pun tak akan sia-sia.
Kebahagiaan datangnya dari dalam jiwa. Kita sendirilah yang menciptakan. Bukan orang lain. Jangan hanya melihat kebahagiaan orang lain, agar tak mengecilkan hati kita. Nanti seperti kata pepatah, rumput tetangga tampak lebih indah daripada rumput di rumah sendiri. Tetap memandang positif atas kebahagiaan yang tak tercapai, sehingga mudah melapangkan hati untuk menerima setiap kehendakNya.
Selamat berbahagia. Semoga kita lebih bijak mengartikan kebahagiaan.
*artikel ini juga dimuat di http://www.fimadani.com/menjemput-bahagia/
Sabtu, 28 Mei 2011
Gudeg, Gak Ada Matinya (edisi jalan-jalan kuliner)
Menyesuaikan kesenangan saya pada kuliner, baik sebagai pengolah maupun penikmat, cerita jalan-jalan saya di kota Jogja akan mengulas beberapa tempat penjual gudeg. Yang masing-masingnya memiliki ciri serta kelebihan dan kekurangan.
Menikmati Jogja tidak lengkap tanpa memasukkan gudeg dalam daftar perburuan kuliner. Gudeg menjadi salah satu makanan khas Jogja yang sering kali dirindu tidak hanya oleh wisatawan, tapi juga oleh orang Jogja sendiri seperti saya. Berbahan nangka muda yang dimasak dengan gula jawa. Berwarna pekat. Yang warna pekatnya bisa karena gula jawa yang berwarna pekat, atau karena dimasak dengan daun jati. Dimakan bersama teman-temannya, sambal goreng krecek, opor ayam, tahu dan tempe, serta telur pindang, disiram dengan areh (santan kental berbumbu minimalis yang dimasak hingga mengental). Ada juga yang pada pembuatan arehnya menambahkan blendo (ampas santan. Jika membuat minyak kelapa maka ada endapan santan yang mengering menjadi ampas).
Gudeg Pawon
Berlokasi di jalan Janturan Kusumanegara. JIka anda sedang melewati Jogja atau beraktivitas di malam hari, gudeg Pawon bisa jadi pilihan. Karena gudeg Pawon hanya dapat dinikmati pada jam 23.00-01.00 dini hari. Lebih dari waktu itu sangat kecil harapan untuk dapat menikmatinya. Kecuali anda sedang beruntung. Itu pun teman-teman gudeg sudah tidak lengkap lagi. Jam 24.00 saja jika ramai pembeli tidak banyak pilihan ayamnya. Bahkan ayam habis tak bersisa. Tinggal tahu dan telur.
Gudeg Pawon tidak disuguhkan bersama areh. Kuahnya adalah kuah opor biasa yang santannya tidak kental. Sehingga biasa disebut sebagai gudeg basah. Rasanya pun tidak selegit gudeg pada umumnya. Telurnya bukanlah telur pindang. Tapi dimasak bersama opor ayam dan tahu. Di gudeg Pawon anda tidak bisa menemukan tempe yang biasa mendampingi opor ayam dan tahu. Menemani udara malam yang dingin, gudeg Pawon disuguhkan dalam kondisi panas.
Berjudul Pawon (dapur), karena gudeg dijual di sebuah dapur. Menikmatinya bisa di dapur. Bayangkan saja ya, menikmati gudeg di malam hari di sebuah dapur yang sangat sederhana, sesuai judulnya….pawon, dikelilingi aroma gudeg dan kayu yang dibakar sebagai bahan bakar untuk memasaknya. Jika tak cukup di dapur, disediakan tempat di luar. Beratapkan langit dan berteman udara malam. Disediakan meja makan dan lesehan.
Gudeg Sagan
Lokasinya di tepi jalan Sagan yang ramai. Baru bisa dinikmati mulai jam 05.30-24.00. Tempatnya cukup luas setelah direnovasi. Namun anda tidak bisa menikmati gudeg dengan lesehan. Beberapa waktu lalu, jika menikmati gudeg Sagan akan ditemani musik orkestra sederhana. Anda bisa menyumbangkan suara dan memesan lagu. Namun semenjak direnovasi, musik orkestra sudah tidak manggung lagi.
Di sana anda bisa menikmati gudeg bersama aneka pilihan kerupuk dan minuman. Seperti halnya gudeg Pawon, gudeg yang disuguhkan di gudeg Sagan adalah jenis gudeg basah. Hanya saja kuahnya lebih kental dan rasanya cukup legit. Disediakan juga bubur nasi, jika anda sedang tidak ingin makan gudeg bersama nasi.
Gudeg Yu Narni
Gudeg Yu Narni memiliki beberapa cabang. Kebetulan beberapa kali saya membeli yang letaknya di Jalan Kaliurang Km 4,5 karangasem CT III/19. Buka dari jam 4.30 - 21.00. Letaknya yang berada di dalam gang, memang menjadi kurang strategis, karena tidak jauh dari gudeg Yu Narni, di pinggir jalan ada gudeg bu Ahmad. Menurut beberapa kolega, gudeg Yu Narni lebih enak rasanya daripada gudeg bu Ahmad. Bagi saya, rasa keduanya hampir sama. Untuk makan di tempat, saya lebih menyukai di Yu Narni. Tempatnya tidak bising oleh kendaraan. Pembelinya juga tidak terlalu banyak. Jadi terasa nyaman jika ingin makan sembari ngobrol atau menulis, seperti saya, membuat tulisan tentang gudeg ini di bangku Yu Narni...dalam kesendirian dan keheningan ruang makan.
Gudeg Yu Narni dan gudeg Bu Ahmad sejenis dengan gudeg-gudeg Wijilan yang lokasinya dekat dengan Plengkung Gading atau Alun-alun Utara. Gudeg Yu Narni adalah gudeg kering yang tidak terlalu manis. Sambal goreng kreceknya ada pilihan basah dan kering. Begitupun dengan telur pindangnya, ada pilihan yang kulitnya keras dan tidak. Kelebihan gudeg jenis ini, lebih tahan lama. Untuk di bawa bepergian jauh, insya Allah bisa bertahan kurang lebih sehari. Dengan catatan, kuah tidak dicampur bersama gudeg dan teman-temannya. Bungkus gudeg ketika sudah dingin, karena uap yang turun ke gudeg menyebabkan gudeg menjadi basah dan cepat basi.
Gudeg Bu Juminten
Naaah....ini gudeg favorit saya. Gudeg paling nendang menurut lidah saya. Rasanya tidak cuma top markotop atau sip markusip. Tapi endang surendang menendang-nendang bikin melayang seperti layang-layang. Karena buat saya ketagihan dan sering merindunya. Gudeg Bu Juminten dulu menjadi gudeg favorit presiden Suharto. Buka mulai jam 07.00-21.00. Bisa ditemukan di jalan Asem Gede, Kranggan.
Jenisnya adalah gudeg kering. Arehnya asli dibuat dari kelapa tanpa campuran blendo. Areh yang basah ini memang menjadi kelemahan dari gudeg Bu Juminten. Gudeg menjadi tidak tahan lama. Kira-kira hanya mampu bertahan 8 jam-an. Dengan cara membawa dan menyimpan yang sama seperti membawa gudeg jenis kering.
Sebenarnya, gudeg asli Jogja adalah gudeg kering sejenis gudeg Yu Narni dan gudeg Bu Juminten atau gudeg Wijilan. Jika anda ke Jogja dan ingin menikmati gudeg, silahkan...anda tinggal memilih sesuai selera lidah anda. Jika ingin yang basah dan manis, gudeg Sagan bisa jadi pilihan. Jika ingin yang basah tapi tak menyukai yang manis, pilihannya bisa di gudeg Pawon.Untuk anda yang ingin menikmati gudeg yang tidak terlalu manis, pilihan yang pas adalah gudeg Yu Narni. Anda menyukai gudeg kering dan manis seperti saya?? Dijamin (insya Allah), nggak bakal pernah menyesal menikmati gudeg Bu Juminten.
Selamat berwisata kuliner di Jogja yang tak lagi menjadi kota pelajar bagi saya, karena begitu banyak suguhan kuliner dan tempat-tempat hiburan lainnya. Yang makin menggoda pelajar dalam belajar.
Bubur Sehat Ayam Sereh
Saya buat bubur ini dalam panci besar yang cukup untuk 10 porsi mangkuk ukuran cukup besar. Bersisa hanya semangkuk. Kami makan berempat. Si bungsu paling susah makan sayur. Tapi tadi dia makan dengan sangat lahap.
Bubur Sehat
Bahan:
250 gram beras, cuci bersih
1 buah bombay, cincang halus
1 ikat bayam, petik
1 ikat kecil sawi hijau
1 buah kentang besar, potong dadu
Segenggam jamur kuping, rendam dengan air biasa, lalu iris halus memanjang
4 lembar sawi putih
4 liter air kaldu
Garam secukupnya
Cara Membuat:
- Masak kaldu hingga mendidih. Masukkan beras. Masak hingga mengental.
- Masukkan kentang, wortel, jamur, bombay dan garam.
- Sebelum api dimatikan, masukan seluruh sayuran. Masak sesaat saja.Angkat.
Ayam Sereh
Bahan:
500 gram dada ayam, rebus lalu suwir agak besar.
5 batang sereh, iris halus bagian bonggolnya saja.
10 buah cabe rawit, iris bulat (jika suka pedas)
6 siung bawang putih, cincang halus
1 ruas jari jahe, dimemarkan
Garam
Minyak untuk menumis
Cara Membuat:
- Tumis bawang putih hingga harum.
- Masukkan cabe dan sereh.
- Lalu masukkan ayam suwir dan garam. Angkat
Tips:
- Cara membuat kaldu: masak air hingga mendidih, baru masukkan tulang atau cakar ayam. Lalu kecilkan api dan tutup panci, agar aroma dan rasa kaldunya kuat.
- Setelah sayuran dimasukkan, segera di angkat. Karena bubur yang panas, menyebabkan sayuran masih mengalami proses pemasakan.
- Sayuran bisa disesuaikan selera. Semua sayuran bisa dipakai.
- Begitupun dengan jamur,. Semua jamur bisa dipakai.
- Bubur harus rajin diaduk hingga dasar panci untuk menghindari kerak.
- Ayam serehnya bisa dimasak dengan minyak yang agak banyak untuk menguatkan rasa ketika dicampur dengan bubur.
- Ayam bisa diganti dengan ikan. Kukus dulu ikan, baru disuwir. Bisa juga daging. Rebus hingga empuk dengan api sedang. Jika dengan api besar, daging jadio keras.
- Sambal: cabe rawit merah dihaluskan bersama bawang putih. Lalu ditumis.
Selamat mencoba ya.....
Jangan lupa....masak dengan hati. Dengan cinta.... Supaya hasilnya luar biasa.
Langganan:
Postingan (Atom)