Menapaki masjid demi masjid.
Dalam langkah gontai.
Mencari damai di sudut-sudut rumahNya.
Dalam sujud panjang ditemani rinai air mata.
Menyenandungkan ayat-ayat indah.
Dalam lirih penuh asa.
Menanti terbukanya pintu dan jendela sebuah hati.
Merenung bersama kecerdasan dan pemahaman ilmu.
Dia tak pernah salah memberi.
Dia tak pernah salah memilih.
Dia tak pernah salah memutuskan.
Dia tak pernah dusta akan janji.
Merenda sabar di atas sabar.
Dan ikhlas di atas ikhlas dalam penantian.
Yang pasti akan berujung.
Karena tak ada penantian yang tak berujung.
*teruntuk BOLSAY...*
...15juni2011 ~ 07.55...
Melapangkan hati agar ridha atas setiap kehendak dan ketetapanNya, dan membuka hati agar mudah menerima kebenaran dan mengikutinya.
Rabu, 15 Juni 2011
Selasa, 14 Juni 2011
Menikmati Keterjebakan
Beberapa hari lalu, Rabu 8 Juni, kira-kira jam 09.45, saya terjebak dalam kamar mandi selama kurang lebih setengah jam. Saya hanya seorang diri di rumah. Lupa jika pegangan pintunya rusak. Dengan semangat dan sedikit tergesa-gesa, saya tutup pintu agak cepat. Jebrettt! Pintu pun tertutup rapat. Saya masih belum ingat jika pintu tidak bisa dibuka dari dalam. Benar-benar hilang ingatan.
Selesai mandi, baru tersadar. Laah...aku terjebak?! Hadeueeeh...gimana dong keluarnya? Coba bawa hp seperti biasanya. Karena bukan saat ‘ngebom’, ya hp nggak saya bawa. Tuing-tuing... Tengok kanan kiri, adakah alat yang bisa dipakai untuk mencongkel? Gayanya ingin jadi Mc Gyver, tokoh jagoan di film serial tivi jaman baheula yang banyak akal itu. Hihi.. Tapi nihil.
Hmmmm....mulai panik. Mulai sesak napas. Baru juga beberapa menit sebelumnya asma meninggalkan saya. Masak si...pingsan di kamar mandi? Masih mendinglah masih bisa bangun. Lah, kalau mati di kamar mandi? Secara, saya punya asma, dan sedang sering kambuh cukup parah. Duuuh..masak mati dalam kamar mandi? Nggak indah banget. Dimana khusnul khatimahnya? Ogah! Nggak mau mati di dalam kamar mandi. Ogah banget! Lupa, kalau Allah sudah berkehendak, mana ada yang bisa melawan atau menentang? Allah geto lhoh! Maha Kuasa.
Tenang...tenang... Mencoba menenangkan diri. Nggak boleh panik. Enjoy.. Akhirnya berhasil tenang dan sesak pun reda. Apa perlu saya teriak minta tolong? Nanti yang datang laki-laki, dobrak pintu kamar mandi, lihat saya, lalu setan tiba-tiba lewat, saya diapa-apain? Waduh..nggak deh! Untunglah saya terjebak di kamar mandi luar, yang berjendela dan berlubang, yang di sebelah kamar mandi adalah gang, jadi bisa minta tolong orang yang lewat. Bukan di kamar mandi dalam kamar tidur saya, yang rapat, hanya ada lubang yang tembus ke atap, yang pastinya lebih sulit meminta bantuan.
Badan saya mulai disergap hawa dingin. Musuh asma saya. Sembari terus berdzikir dalam hati dan terus berpikir positif, bahwa Allah akan segera mengeluarkan saya, saya naik bak mandi dan mengintip dari celah jendela. Menanti dan melihat siapa yang lewat. Masih mencoba menikmati keterjebakan dalam kamar mandi, terus berharap anak tetangga lewat. Lupa, jika saat itu jam sekolah. Atau tetangga perempuan yang lewat. Di rumah sebelah ada tukang sedang bekerja. Setiap kali saya teriak memanggil nama tetangga, bunyi pukulan palu si tukang tak terdengar. Membuat was-was, kawatir si tukang mendengar saya terjebak dalam kamar mandi dan masuk rumah.
Alhamdulillah, Hasbi, putera tetangga lewat. Ibunya sedang pergi, jadi saya memintanya memanggilkan tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumah saya. Horreeee..! Akhirnya saya terbebas, ketika saya mulai bisa menikmati terjebak dalam kamar mandi. Pfffiuuuh...pengalaman cukup seru! Cukuplah sudah kali itu saja merasakan terjebak dalam ruang sempit. Gimana yang phobia ruang sempit ya? Untunglah saya bisa mengontrol diri, sehingga segera terbebas dari kepanikan yang bisa berakibat fatal. Allah Maha Segalanya. Jika bukan dari dan karena Allah, manalah ada materi tentang sabar dan tawakal yang diajarkanNya dalam kamar mandi. Subhanallah.. Terbukti lagi, bahwa berpikir positif akan melahirkan tindakan dan buah yang positif. Bahwa, dalam hidup yang ramai dengan pernak pernik ini, harus pandai mengendalikan rasa dan ingin, agar dapat berpikir tenang dan jernih, agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Alhamdulillah, Hasbi, putera tetangga lewat. Ibunya sedang pergi, jadi saya memintanya memanggilkan tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumah saya. Horreeee..! Akhirnya saya terbebas, ketika saya mulai bisa menikmati terjebak dalam kamar mandi. Pfffiuuuh...pengalaman cukup seru! Cukuplah sudah kali itu saja merasakan terjebak dalam ruang sempit. Gimana yang phobia ruang sempit ya? Untunglah saya bisa mengontrol diri, sehingga segera terbebas dari kepanikan yang bisa berakibat fatal. Allah Maha Segalanya. Jika bukan dari dan karena Allah, manalah ada materi tentang sabar dan tawakal yang diajarkanNya dalam kamar mandi. Subhanallah.. Terbukti lagi, bahwa berpikir positif akan melahirkan tindakan dan buah yang positif. Bahwa, dalam hidup yang ramai dengan pernak pernik ini, harus pandai mengendalikan rasa dan ingin, agar dapat berpikir tenang dan jernih, agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Selasa, 31 Mei 2011
Kau Segalanya
Adakah lagi yang miliki nama seindah namaMu Rabb?
Adakah lagi yang sebijak Engkau?
Adakah lagi yang selembut Engkau?
Adakah lagi yang miliki cinta tulus seperti cintaMu?
Adakah lagi yang tak pernah berkhianat dan selalu tepati janjinya sepertiMu?
Ah Rabb..
Engkau Maha Segala.
Rindu bersamaMu menyesakkan ruangku.
Mengemis cintaMu..
Berharap Kau cintaiku sebagaimana Kau cinta RasulMu
...21april2011...
Adakah lagi yang sebijak Engkau?
Adakah lagi yang selembut Engkau?
Adakah lagi yang miliki cinta tulus seperti cintaMu?
Adakah lagi yang tak pernah berkhianat dan selalu tepati janjinya sepertiMu?
Ah Rabb..
Engkau Maha Segala.
Rindu bersamaMu menyesakkan ruangku.
Mengemis cintaMu..
Berharap Kau cintaiku sebagaimana Kau cinta RasulMu
...21april2011...
Minggu, 29 Mei 2011
Dunia Baruku
Add caption |
Seminggu ini sedang malas bepergian. Hanya ingin di rumah bermesraan dengan si Purple. Terkadang mojok. Mengamati barisan kalimat dan menumpahkan kalimat pada si Purple. Termangu dalam diam yang panjang. Tak ingin ada suara lain selain deru kendaraan yang tak mungkin di hentikan karena rumah saya di sisi jalan raya. Terkadang di selingi aktivitas memasak dan ngojek antar jemput sekolah. Jika barisan kalimat sudah menari-nari dalam benak, tak jarang menjemput anak-anak jadi diulur. Khawatir menguap. Begitulah, jika daya ingat sudah mulai melemah.
Alhamdulillah ada asisten yang rajin dan inisiatifnya tak perlu diragukan atau diasah. Pekerjaan rumah sudah ditangani asisten. Saya hanya memasak dan menyelesaikan pekerjaan mencuci piring, karena asisten tidak menginap. Hobi komentator di facebook berkurang. Menikmati kenarsisan juga melemah. Sedang tidak ingin dikenal atau diketahui orang bagaimana penampakan saya. Sedang menikmati jadi pengamat.
Empat hari lalu, tanggal 25 Mei jam 15:39, seorang kawan mengirimkan pesan lewat ponsel saya. Isinya, "Artikel Mimay dibaca lebih dari 100 pembaca (artikel kedua saya, Jangan Sepelekan Memasak, dimuat di fimadani.com tanggal 25. Mei jam 07:30). Jazakillah ya mi, dah bantu dongkrak statistik fimadani. Kalo Mimay jadi kontributor (fimadani) tetap gimana?." Surprise! Tawaran yang buat saya disergap oleh berbagai rasa. Gembira dengan berita kenaikan statistik fimadani. Terharu, hingga menggenanglah air mata simpanan saya. Bersyukur, Allah hidupkan kembali rasa percaya diri saya yang sempat terhempas. Saya temukan lagi potensi yang terpendam. Heran dengan kenekatan teman yang berani memberi tawaran luar biasa kepada saya, orang yang baru saja memulai belajar menulis.
Alhamdulillah artikel yang dimuat tidak banyak editan. 100% tulisan saya. Membuat rasa percaya diri dan keyakinan juga semangat kian menjulang. Biasanya peletakkan tanda baca masih ada yang salah tempat. Saya masih suka bingung memberi judul supaya menimbulkan rasa penasaran pembaca hingga membuatnya tertarik untuk membaca.
Saya sempat ragu apakah menerima atau menolak tawaran menjadi kontributor tetap. Akhirnya, bismillaah...saya terima tawaran tersebut, karena waktu menyerahkan satu artikel dalam seminggu atau dua minggu, Insya Allah waktu yang sangat cukup. Semoga selalu Allah hadirkan ide-ide cemerlang di benak saya, sehingga saya tak pernah mati ide. Saat-saat kehabisan kata pun semakin berkurang. Amiin..
Jika sebelumnya anak-anak dan suami sempat protes atas kebiasaan saya berfacebook ria dengan ponsel, sekarang tak terdengar lagi suara protes mereka. Meskipun siang malam di depan si Purple. Mereka turut gembira setiap kali artikel saya dimuat. Si sulung malah sempat menangis ketika membaca artikel pertama saya, Empati Seorang Anak.
Alhamdulillah..bertambah lagi aktivitas yang bermanfaat. Semoga waktu yang sedikit ini bisa menjadi jembatan bagi saya meniti jalan surga. Amiin...Ya Allah amiin..
Menjemput Bahagia
Add caption |
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr (103):1-3)
Betapa berartinya kebahagiaan. Hingga demi menciptakan kebahagiaan, para ilmuwan dari London School of Economics and Political Science, Inggris, melakukan analisa data genetik pada 2500 partisipan dan telah berhasil mengidentifikasi gen pemicu rasa bahagia yang disebut sebagai 5-HTT. Gen bahagia tersebut membantu sel syaraf untuk mendaur ulang senyawa serotonin, yang diketahui berhubungan dengan mood dan depresi, seperti yang dikutip dari Independent. “Menemukan gen ini membantu kami untuk menjelaskan mengapa beberapa orang cenderung lebih bahagia dari pada yang lain,” tutur De Neve.
Memang, masing-masing orang berbeda dalam memandang dan menakar kebahagiaan. Cobalah tilik setiap sudut ruang di jiwa kita. Ada banyak bahagia di sana. Jika tak kita peroleh bahagia yang kita harapkan, mungkin akan kita peroleh di kehidupan berikutnya, atau akan kita peroleh kebahagiaan yang lain. Ketika kita senang dapat membuat orang lain tersenyum, tertawa, atau terharu karena kejutan yang kita berikan, bukankah itu membahagiakan? Ketika kita dapat mencintai dan dicintai, bukankah itu kebahagiaan? Ketika kita berhasil mengalahkan amarah dan ego kita, juga nafsu kita yang lainnya, dan kita gembira, bukankah itu bahagia juga? Banyak. Ada banyak bahagia. Yang jika kita coba sebut satu persatu takkan pernah bisa disebut semua, karena terkadang kita bahagia tanpa kita sadari.
Rabi’ah al Adawiyah, bahagia dengan kesendiriannya, karena begitu tinggi cintanya kepada Allah, hingga tak ingin memiliki cinta yang lain. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara.
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma’rifatullah, mengenal Allah SWT. Al-Ghazali pun mengatakan,
“Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya maka rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.“
“Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya maka rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.“
Kelezatan hati adalah ma’rifah kepada Allah, karena hati diciptakan untuk mengingat Sang Pencipta. Maka dapat mengenal Allah adalah puncak kebahagiaan. Dan tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan di sisi Allah.
Sedang menurut ulama besar Prof. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih akrab dipanggil Buya Hamka, Islam mengajarkan empat jalan menuju kebahagiaan. Pertama harus ada i’tiqad, yaitu motivasi yang sungguh-sungguh dari diri sendiri. Kedua yaqin, yaitu keyakinan yang kuat akan sesuatu yang sedang dikerjakannya. Ketiga iman, yaitu yang lebih tinggi dari sekedar keyakinan, yang dibuktikan dengan lisan dan perbuatan. Keempat ad diin, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga menjadi penghambaan diri yang sempurna. Mereka yang menjalankan ad diin secara sempurna tidak akan berlama-lama dalam kesedihan, karena mereka benar-benar yakin akan jalan yang telah dipilihkan Allah untuknya.
Allah sebagai Pemilik Jiwa dan Penguasa. Jika kita telah mengenalNya dengan baik, maka akan kita ketahui mengapa ada sedih dan gembira, musibah dan bahagia. Dua hal yang seperti keping mata uang, selalu bersisian. Tak pernah ada yang sia-sia atas semua kehendak Allah. Jika kita mau merenung dan membuka hati dengan luas, akan kita lihat kebenaran dan hikmah di setiap peristiwa. Kita akan menjadi lebih bijak dalam mensikapi hidup dan kehidupan. Lebih banyak bersyukur sebesar apapun pemberian Allah, agar Allah menambahkan nikmatNya.
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim (14):7)
Dan tak perlu menjadi yang terbaik, tapi berusaha untuk menjadi lebih baik.
Rasulullah SAW mengajarkan doa yang sangat dahsyat. Doa memohon kepada Allah agar di luaskan hati untuk menerima kebenaran dan mengikutinya serta ditunjukkan yang salah agar dapat menjauhinya. Ada banyak orang yang telah mengetahui banyak kebenaran, tapi tak cukup mampu untuk mengikuti. Dan mengetahui sesuatu itu salah, tapi tak menjauhinya.
“Allaahumma aarinal haqqa haqqan warzuq nattibaa’ah wa aarinal baathila baathilan warzuqnajtinaabah, yang artinya, Ya Allah, tampakkan kepada kami yang baik itu baik, dan anugerahi kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tampakkan kepada kami yang salah itu salah, dan anugerahi kami kekuatan untuk menjauhinya.”
Dan Allah memberikan janji,
“Maka ingatlah kamu kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu.”(QS. al Baqarah(2):152)
Kita semua berhak atas kebahagiaan. Mari, kita jemput bahagia! Agar hidup lebih indah. Lebih ceria. Lebih semangat. Biasanya suasana hati yang gembira akan memudahkan datangnya ide-ide cemerlang. Menginspirasi kita untuk melakukan banyak hal. Hidup pun tak akan sia-sia.
Kebahagiaan datangnya dari dalam jiwa. Kita sendirilah yang menciptakan. Bukan orang lain. Jangan hanya melihat kebahagiaan orang lain, agar tak mengecilkan hati kita. Nanti seperti kata pepatah, rumput tetangga tampak lebih indah daripada rumput di rumah sendiri. Tetap memandang positif atas kebahagiaan yang tak tercapai, sehingga mudah melapangkan hati untuk menerima setiap kehendakNya.
Selamat berbahagia. Semoga kita lebih bijak mengartikan kebahagiaan.
*artikel ini juga dimuat di http://www.fimadani.com/menjemput-bahagia/
Sabtu, 28 Mei 2011
Gudeg, Gak Ada Matinya (edisi jalan-jalan kuliner)
Menyesuaikan kesenangan saya pada kuliner, baik sebagai pengolah maupun penikmat, cerita jalan-jalan saya di kota Jogja akan mengulas beberapa tempat penjual gudeg. Yang masing-masingnya memiliki ciri serta kelebihan dan kekurangan.
Menikmati Jogja tidak lengkap tanpa memasukkan gudeg dalam daftar perburuan kuliner. Gudeg menjadi salah satu makanan khas Jogja yang sering kali dirindu tidak hanya oleh wisatawan, tapi juga oleh orang Jogja sendiri seperti saya. Berbahan nangka muda yang dimasak dengan gula jawa. Berwarna pekat. Yang warna pekatnya bisa karena gula jawa yang berwarna pekat, atau karena dimasak dengan daun jati. Dimakan bersama teman-temannya, sambal goreng krecek, opor ayam, tahu dan tempe, serta telur pindang, disiram dengan areh (santan kental berbumbu minimalis yang dimasak hingga mengental). Ada juga yang pada pembuatan arehnya menambahkan blendo (ampas santan. Jika membuat minyak kelapa maka ada endapan santan yang mengering menjadi ampas).
Gudeg Pawon
Berlokasi di jalan Janturan Kusumanegara. JIka anda sedang melewati Jogja atau beraktivitas di malam hari, gudeg Pawon bisa jadi pilihan. Karena gudeg Pawon hanya dapat dinikmati pada jam 23.00-01.00 dini hari. Lebih dari waktu itu sangat kecil harapan untuk dapat menikmatinya. Kecuali anda sedang beruntung. Itu pun teman-teman gudeg sudah tidak lengkap lagi. Jam 24.00 saja jika ramai pembeli tidak banyak pilihan ayamnya. Bahkan ayam habis tak bersisa. Tinggal tahu dan telur.
Gudeg Pawon tidak disuguhkan bersama areh. Kuahnya adalah kuah opor biasa yang santannya tidak kental. Sehingga biasa disebut sebagai gudeg basah. Rasanya pun tidak selegit gudeg pada umumnya. Telurnya bukanlah telur pindang. Tapi dimasak bersama opor ayam dan tahu. Di gudeg Pawon anda tidak bisa menemukan tempe yang biasa mendampingi opor ayam dan tahu. Menemani udara malam yang dingin, gudeg Pawon disuguhkan dalam kondisi panas.
Berjudul Pawon (dapur), karena gudeg dijual di sebuah dapur. Menikmatinya bisa di dapur. Bayangkan saja ya, menikmati gudeg di malam hari di sebuah dapur yang sangat sederhana, sesuai judulnya….pawon, dikelilingi aroma gudeg dan kayu yang dibakar sebagai bahan bakar untuk memasaknya. Jika tak cukup di dapur, disediakan tempat di luar. Beratapkan langit dan berteman udara malam. Disediakan meja makan dan lesehan.
Gudeg Sagan
Lokasinya di tepi jalan Sagan yang ramai. Baru bisa dinikmati mulai jam 05.30-24.00. Tempatnya cukup luas setelah direnovasi. Namun anda tidak bisa menikmati gudeg dengan lesehan. Beberapa waktu lalu, jika menikmati gudeg Sagan akan ditemani musik orkestra sederhana. Anda bisa menyumbangkan suara dan memesan lagu. Namun semenjak direnovasi, musik orkestra sudah tidak manggung lagi.
Di sana anda bisa menikmati gudeg bersama aneka pilihan kerupuk dan minuman. Seperti halnya gudeg Pawon, gudeg yang disuguhkan di gudeg Sagan adalah jenis gudeg basah. Hanya saja kuahnya lebih kental dan rasanya cukup legit. Disediakan juga bubur nasi, jika anda sedang tidak ingin makan gudeg bersama nasi.
Gudeg Yu Narni
Gudeg Yu Narni memiliki beberapa cabang. Kebetulan beberapa kali saya membeli yang letaknya di Jalan Kaliurang Km 4,5 karangasem CT III/19. Buka dari jam 4.30 - 21.00. Letaknya yang berada di dalam gang, memang menjadi kurang strategis, karena tidak jauh dari gudeg Yu Narni, di pinggir jalan ada gudeg bu Ahmad. Menurut beberapa kolega, gudeg Yu Narni lebih enak rasanya daripada gudeg bu Ahmad. Bagi saya, rasa keduanya hampir sama. Untuk makan di tempat, saya lebih menyukai di Yu Narni. Tempatnya tidak bising oleh kendaraan. Pembelinya juga tidak terlalu banyak. Jadi terasa nyaman jika ingin makan sembari ngobrol atau menulis, seperti saya, membuat tulisan tentang gudeg ini di bangku Yu Narni...dalam kesendirian dan keheningan ruang makan.
Gudeg Yu Narni dan gudeg Bu Ahmad sejenis dengan gudeg-gudeg Wijilan yang lokasinya dekat dengan Plengkung Gading atau Alun-alun Utara. Gudeg Yu Narni adalah gudeg kering yang tidak terlalu manis. Sambal goreng kreceknya ada pilihan basah dan kering. Begitupun dengan telur pindangnya, ada pilihan yang kulitnya keras dan tidak. Kelebihan gudeg jenis ini, lebih tahan lama. Untuk di bawa bepergian jauh, insya Allah bisa bertahan kurang lebih sehari. Dengan catatan, kuah tidak dicampur bersama gudeg dan teman-temannya. Bungkus gudeg ketika sudah dingin, karena uap yang turun ke gudeg menyebabkan gudeg menjadi basah dan cepat basi.
Gudeg Bu Juminten
Naaah....ini gudeg favorit saya. Gudeg paling nendang menurut lidah saya. Rasanya tidak cuma top markotop atau sip markusip. Tapi endang surendang menendang-nendang bikin melayang seperti layang-layang. Karena buat saya ketagihan dan sering merindunya. Gudeg Bu Juminten dulu menjadi gudeg favorit presiden Suharto. Buka mulai jam 07.00-21.00. Bisa ditemukan di jalan Asem Gede, Kranggan.
Jenisnya adalah gudeg kering. Arehnya asli dibuat dari kelapa tanpa campuran blendo. Areh yang basah ini memang menjadi kelemahan dari gudeg Bu Juminten. Gudeg menjadi tidak tahan lama. Kira-kira hanya mampu bertahan 8 jam-an. Dengan cara membawa dan menyimpan yang sama seperti membawa gudeg jenis kering.
Sebenarnya, gudeg asli Jogja adalah gudeg kering sejenis gudeg Yu Narni dan gudeg Bu Juminten atau gudeg Wijilan. Jika anda ke Jogja dan ingin menikmati gudeg, silahkan...anda tinggal memilih sesuai selera lidah anda. Jika ingin yang basah dan manis, gudeg Sagan bisa jadi pilihan. Jika ingin yang basah tapi tak menyukai yang manis, pilihannya bisa di gudeg Pawon.Untuk anda yang ingin menikmati gudeg yang tidak terlalu manis, pilihan yang pas adalah gudeg Yu Narni. Anda menyukai gudeg kering dan manis seperti saya?? Dijamin (insya Allah), nggak bakal pernah menyesal menikmati gudeg Bu Juminten.
Selamat berwisata kuliner di Jogja yang tak lagi menjadi kota pelajar bagi saya, karena begitu banyak suguhan kuliner dan tempat-tempat hiburan lainnya. Yang makin menggoda pelajar dalam belajar.
Bubur Sehat Ayam Sereh
Saya buat bubur ini dalam panci besar yang cukup untuk 10 porsi mangkuk ukuran cukup besar. Bersisa hanya semangkuk. Kami makan berempat. Si bungsu paling susah makan sayur. Tapi tadi dia makan dengan sangat lahap.
Bubur Sehat
Bahan:
250 gram beras, cuci bersih
1 buah bombay, cincang halus
1 ikat bayam, petik
1 ikat kecil sawi hijau
1 buah kentang besar, potong dadu
Segenggam jamur kuping, rendam dengan air biasa, lalu iris halus memanjang
4 lembar sawi putih
4 liter air kaldu
Garam secukupnya
Cara Membuat:
- Masak kaldu hingga mendidih. Masukkan beras. Masak hingga mengental.
- Masukkan kentang, wortel, jamur, bombay dan garam.
- Sebelum api dimatikan, masukan seluruh sayuran. Masak sesaat saja.Angkat.
Ayam Sereh
Bahan:
500 gram dada ayam, rebus lalu suwir agak besar.
5 batang sereh, iris halus bagian bonggolnya saja.
10 buah cabe rawit, iris bulat (jika suka pedas)
6 siung bawang putih, cincang halus
1 ruas jari jahe, dimemarkan
Garam
Minyak untuk menumis
Cara Membuat:
- Tumis bawang putih hingga harum.
- Masukkan cabe dan sereh.
- Lalu masukkan ayam suwir dan garam. Angkat
Tips:
- Cara membuat kaldu: masak air hingga mendidih, baru masukkan tulang atau cakar ayam. Lalu kecilkan api dan tutup panci, agar aroma dan rasa kaldunya kuat.
- Setelah sayuran dimasukkan, segera di angkat. Karena bubur yang panas, menyebabkan sayuran masih mengalami proses pemasakan.
- Sayuran bisa disesuaikan selera. Semua sayuran bisa dipakai.
- Begitupun dengan jamur,. Semua jamur bisa dipakai.
- Bubur harus rajin diaduk hingga dasar panci untuk menghindari kerak.
- Ayam serehnya bisa dimasak dengan minyak yang agak banyak untuk menguatkan rasa ketika dicampur dengan bubur.
- Ayam bisa diganti dengan ikan. Kukus dulu ikan, baru disuwir. Bisa juga daging. Rebus hingga empuk dengan api sedang. Jika dengan api besar, daging jadio keras.
- Sambal: cabe rawit merah dihaluskan bersama bawang putih. Lalu ditumis.
Selamat mencoba ya.....
Jangan lupa....masak dengan hati. Dengan cinta.... Supaya hasilnya luar biasa.
Karena Aku Takut
Bukan sekedar mencari kedamaian,
jika kusujud di sepertiga malam ini.
Bukan sekedar mengurangi himpitan di ruangku,
dengan menumpahkannya padaMu.
Bukan sekedar menaikkan derajat,
jika kutersungkur di atas sajadah pada malam-malam hening seperti ini.
Bukan pula sekedar penghilang penat,
dengan meluangkan waktu agar dapat bersamaMu.
Bukan...
Bukan sekedar mencari perhatianMu.
Karena aku menikmati saat-saat berdua denganMu.
Karena aku mencintaMu.
Selalu ingin bersamamu.
Selalu merinduMu.
Takut....
Aku takut hilang rasaku padaMu.
Aku takut ada malam yang terenggut sehingga tak berjumpa denganMu.
Aku takut Kau acuhkanku.
Aku takut....
Teramat takut dari ketakutan-ketakutan yang menakutkanku.
......rabu 27april2011, 03:24......
jika kusujud di sepertiga malam ini.
Bukan sekedar mengurangi himpitan di ruangku,
dengan menumpahkannya padaMu.
Bukan sekedar menaikkan derajat,
jika kutersungkur di atas sajadah pada malam-malam hening seperti ini.
Bukan pula sekedar penghilang penat,
dengan meluangkan waktu agar dapat bersamaMu.
Bukan...
Bukan sekedar mencari perhatianMu.
Karena aku menikmati saat-saat berdua denganMu.
Karena aku mencintaMu.
Selalu ingin bersamamu.
Selalu merinduMu.
Takut....
Aku takut hilang rasaku padaMu.
Aku takut ada malam yang terenggut sehingga tak berjumpa denganMu.
Aku takut Kau acuhkanku.
Aku takut....
Teramat takut dari ketakutan-ketakutan yang menakutkanku.
......rabu 27april2011, 03:24......
Kamis, 26 Mei 2011
MencintaMu......
MencintaiMu...
Dengan segenap rasa adalah anugerah yang indah.
Menundukkan gejolak inginku yang seringkali meronta.
Mengalahkan keangkuhan yang menyusup.
Menaikkan jiwa lawwamah pada derajat muthmainnah.
Jika bukan karenaMU...
Takkan kuberjuang menjadi sebaik-baik hamba.
Jika bukan karena mencintaMu...
Takkan kubertarung dalam peperangan yang melelahkan.
Rabb...
Adakah lagi tempat yang lebih layak untukku menggantungkan asa?
Untukku menumpahkan isi yang menyesakkan ruangku?
Untukku meminta kebaikan?
Rabb...
Bersamailah aku...
Jangan tinggalkan aku dalam kehinaan dunia
.....april2011....,\..
Dengan segenap rasa adalah anugerah yang indah.
Menundukkan gejolak inginku yang seringkali meronta.
Mengalahkan keangkuhan yang menyusup.
Menaikkan jiwa lawwamah pada derajat muthmainnah.
Jika bukan karenaMU...
Takkan kuberjuang menjadi sebaik-baik hamba.
Jika bukan karena mencintaMu...
Takkan kubertarung dalam peperangan yang melelahkan.
Rabb...
Adakah lagi tempat yang lebih layak untukku menggantungkan asa?
Untukku menumpahkan isi yang menyesakkan ruangku?
Untukku meminta kebaikan?
Rabb...
Bersamailah aku...
Jangan tinggalkan aku dalam kehinaan dunia
.....april2011....,\..
Rabu, 25 Mei 2011
Jangan Sepelekan Memasak
Anda tak suka memasak atau tak pernah memasak? Mengapa? Karena memang tak pernah tertarik dengan memasak? Enak tidak enak, yang penting tinggal makan, tidak repot, tidak perlu berkotor-kotor dan berlelah-lelah. Atau karena terlalu sibuk? Lebih baik melakukan pekerjaan lainnya daripada memasak, yang memakan waktu lama, sementara menghabiskannya hanya dalam hitungan menit bahkan detik. Atau karena merasa tak bisa memasak? Sudah pernah mencoba? Berapa kali mencoba memasak lalu gagal? Atau karena khawatir masakan anda tak enak, hingga keinginan memasak anda urungkan? Daripada dicaci, diprotes, melihat wajah-wajah jadi berubah bentuk ketika memakan masakan anda? Atau karena rasa malas yang begitu kuat membelenggu? Dari berbelanja bahan masakan, menyiapkan lalu memasaknya. Ribet dan bisa ruwet.
Memasak itu menyenangkan dan mengasyikkan. Gembirakan hati sebelum memasak, agar memasak tak dirasakan sebagai beban. Jika perlu, libatkan anggota keluarga untuk memasak. Libatkan juga mereka saat berbelanja. Itu juga akan menjadi ajang rekreasi keluarga. Memasak bersama pasangan akan menjadi variasi dalam menjaga hubungan agar tak membosankan. Saling berbagi cerita ketika memasak. Wah… akan memberikan romansa tersendiri. Anak-anak pun bisa dilibatkan dalam kegiatan memasak. Anak mulai usia tiga tahun sudah cukup mampu diajak turun dapur. Selain melatih gerak motoriknya, memasak juga dapat dijadikan sebagai sarana belajar matematika, bahasa, pengetahuan alam dan pengetahuan lainnya. Mereka akan menikmati, karena seperti sedang bermain. Ya, bermain masak-masakan. Bukan hanya anak perempuan yang bisa dilibatkan dalam kegiatan memasak, anak laki-laki pun bisa. Dapur bukan hanya milik perempuan. Gelar Master Chef justru banyak dimiliki oleh laki-laki . Untuk anak-anak yang beranjak remaja, memasak sebagai sarana mengajarkan mereka mandiri.
Memasak itu seru. Dari berburu bahan masakan, menyiapkan hingga memasak, terkadang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Ketika tidak menemukan bahan masakan yang dicari, kreativitas diuji. Jika tak ingin lelah berburu di tempat lain, yang belum tentu ada, harus memikirkan bahan penggantinya. Memilih bahan masakan pun haruslah cermat, agar mendapatkan daging, ikan, sayuran, buah atau bumbu masakan dengan kualitas yang baik. Belum lagi ketika mencoba resep baru, menjadi sebuah tantangan untuk bisa menghasilkan masakan yang lezat. Tidak jarang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan harus mencobanya berkali-kali. Hal tersebut membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Dan sebuah kepuasan ketika berhasil. Apalagi memasak makanan yang membutuhkan ketelitian, ketekunan dan kreativitas tinggi. Menjadi tantangan juga, bagaimana mengolah sisa makanan menjadi makanan baru agar tidak terbuang. Bagaimana dapat menyajikan masakan dengan cepat, sementara waktu sangat terbatas. Seru!
Kehebohan memasak bersama pasangan atau buah hati, merupakan petualangan yang seru. Keributan-keributan kecil di dapur karena perselisihan memasak, riuhnya anak-anak, jangan dianggap sebagai sesuatu yang menyebalkan. Nikmati kebersamaan itu, yang bisa jadi langka. Dan suatu saat anda akan merindukan saat-saat memasak bersama pasangan atau buah hati.
Memasak itu membahagiakan. Seorang teman saya adalah wanita karir. Hampir tak ada waktu baginya untuk memasak. Sebenarnya ia bisa memasak. Suatu saat, ia sangat ingin memasak untuk keluarganya. Hanya tempe goreng dan sambal yang sempat dibuatnya. Apa kata anak-anaknya? “Ummi, tempe gorengnya enak sekali. Aku mau Ummi memasak lagi untukku.” Hanya tempe goreng. Tapi dilihatnya mata sang anak berbinar-binar. Ia menceritakan kisahnya dengan mata berkaca-kaca. Sejak itu, setiap kali ada waktu luang, ia memasak untuk keluarganya. Bisa memasak untuk orang-orang yang dicintai dan disayangi memberikan kebahagiaan tersendiri. Hilanglah penat kala melihat binar di mata mereka menikmati masakan yang kita buat. Waktu berjam-jam yang dihabiskan untuk berkutat di dapur terbayar.
Memasak sebagai terapi. Memasak sebagai terapi? Ya. Lindsay Lohan, artis terkenal, telah membuktikannya. Untuk mengatasi depresi karena bertumpuknya masalah yang dihadapi, ia sering memasak. “Saya suka memasak. Saya memasak setiap malam. Terkadang saya memasak untuk teman-teman. Saya merasakan kenikmatan tersendiri ketika memasak. Itu merupakan terapi bagi saya,” ungkap Lindsay yang dirilis Femalefirst. Kesibukan memasak akan mengalihkan perhatian dari masalah yang membelenggu. Melihat ekspresi kepuasan di wajah yang menikmati masakan, menghadirkan rasa senang dan bahagia yang dapat mengurangi kesedihan dan kegalauan.
Memasaklah dengan hati. Bagaimanapun kondisi hati, memasaklah dengan hati. Sesederhana apa pun masakan, jika memasaknya dengan hati, akan menghasilkan rasa yang luar biasa. Dan sebaliknya, semewah apa pun masakan, jika memasaknya tidak dengan hati, rasanya akan sangat mengecewakan. Hati yang tenang, riang, apalagi disertai dengan cinta, akan menghadirkan semangat dan membantu untuk dapat konsentrasi memasak. Ya, memasak juga membutuhkan konsentrasi. Jika tidak, dapat terjadi kecelakaan, salah memasukkan bumbu, atau ada yang terlupa tidak dimasukkan.
Memasak bukanlah hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang sulit. Tergantung dari mana melihatnya. Jika ingin menjadi Master Chef memang bukan hal yang mudah. Harus memiliki kemampuan meramu masakan, inovasi, kreatif dan mampu menyajikan masakan dengan cepat. Jika hanya ingin bisa memasak makanan sehari-hari, mudah koq. Merasa tidak punya bakat? Tidak perlu bakat hanya untuk memasak makanan sehari-hari. Dan jangan mudah berputus asa jika mengalami kegagalan. Teruslah mencoba. Ibarat orang yang mengendarai kendaraan, memasak butuh kebiasaan untuk melatih rasa. Semakin sering memasak, akan semakin pandai mengetahui masakan yang kurang bumbu hanya melalui aromanya,semakin tahu trik-trik memasak, juga akan semakin mahir. Man jadda wa jadda, barang siapa bersunguh-sungguh, maka akan berhasil.
Selamat memasak dengan gembira!
*artikel ini juga dimuat di fimadani.com*
Surpriiiiiiiiiiiise.............!!!!
Sejak dulu saya sering mati kata jika menulis. Benar-benar mati kata. Sampai sekarang juga masih sering mengalami si, hanya tidak separah dulu. Jadi jika anak-anak saya menyerah saat tugas membuat tulisan, saya bisa memaklumi.
Jaman SMP dan SMA dulu saya rajin berkirim surat. Selama kuliah rasanya saya tidak pernah menulis, termasuk surat. Mulai menulis lagi ketika menikah. Itu pun hanya menulis puisi. Untuk suami saya, keluarga, kerabat atau teman-teman . Saya buat dan berikan pada hari lahir mereka. Atau tulisan-tulisan kecil yang saya sisipkan dalam kado.
Ketika saya memiliki handphone, hampir selalu balasan sms dari saya kalimat yang panjang. Rasanya sayang sekali jika hanya membalas dengan dua huruf, ya atau ok. Mungkin karena waktu luang saya banyak ya?! Nyatanya sekarang saya sering membalas sms dengan singkat. Bahkan terkadang sampai lupa membalas. Duh...maaf ya..
Karena hobi saya yang menulis sms panjang, seorang kawan menyarankan saya untuk menulis cerpen. Saat itu saya merasa dia mengejek saya. Mungkin karena waktu itu saya sedang sensitif. Banyak juga teman-teman yang menyarankan saya untuk menulis. Bahkan menyuruh saya menulis buku. Menulis buku?! Membuat tulisan satu halaman saja butuh waktu lama. Mungkin karena tulisan status dan komentar saya di facebook ya?! Ada juga teman-teman yang memberi saran agar membukukan puisi-puisi saya supaya bisa dibaca lebih banyak orang. Tidak hanya beberapa orang saja, karena saya mengirimkan puisi-puisi saya melalui sms. Support yang begitu besar dari banyak teman menggugah saya untuk mencoba menulis. Berjuang membuat tulisan. Satu tulisan bisa berhari-hari baru selesai karena mati kata. Lalu tulisan saya muat di facebook.
Dua minggu lebih saya libur jadi komentator dan dari update status facebook sampai saya membuat tulisan ini.Tapi ingin tulisan saya bisa dibaca banyak orang. Jadilah..saya minta seorang kawan untuk membuatkan saya blog. Karena saya gaptek alias gagap teknologi. Karena dia pulalah tulisan saya dimuat di Fimadani.com. Terimakasih ya Bocah Ulung sayang.... Jazakillah khaiir.... Sudah nekat menerbitkan tulisan berantakan emakmu ini (artikel yang dimuat judulnya Empati Seorang Anak). Surpriiiiiise.....!! Tulisan orang baru belajar menulis di muat di sebuah web, yang dibaca oleh banyak mata. Buat saya makin semangat menulis. Tiap hari berjam-jam jadi nongkrong di depan notebook. Produksi Jeng Kuweh jadi terabaikan deh sementara ini.
Terimakasih juga untuk bang Rufeto atas hadiah notebooknya. Mimpi punya notebook sendiri terwujud. Alhamdulillah.. Jazakallah ya BRur...
Terimakasih juga untuk teman-teman yang sudah mensupport saya. Jazakumullah khaiir.. Akhirnya saya menemukan potensi saya yang lain. Yang dari dulu sering saya sanggah, bahwa saya tidak bisa menulis. Bahagia bisa menulis. Meski masih tulisan-tulisan kecil. Subhanallah..wal hamdulillaah..
Selasa, 24 Mei 2011
Menyemai Harap
Jika sedang tersadar, harap-harap cemas menanti pagi.
Akankah kuberjumpa denganNya?
Hal menarik apa yang akan kutemukan dalam sehari esok?
Hariku harus lebih bernilai dari sebelumnya.
Harus ada kebaikan yang diperbuat.
Apa pun yang terjadi...
Senyum, sabar dan ikhlas harus selalu menemani.
Iman selalu terikat kuat.
Meski nyatanya...
Harapan tak selalu jadi nyata.
Tak apalah....
Daripada tak pernah membangun harapan.
Tak apalah...
Yang penting mengawali dengan niat baik.
Tak apalah...
Pasti ada pelajaran indah di sana.
Tak apalah...
Semoga masih ada waktu untuk memperbaiki.
Amiiiin...
........selasa 26april2011, 07.00........
...A Y A H...
Ayah....
Mengenangmu dalam keheningan berbalut rindu.
Mengenangmu dalam keheningan berbalut rindu.
Mengalirkan anak sungai di ujung mataku.
Saat pertama belajar bersepeda,
Ayah berlarian memegangi bagian sepeda belakangku sementara kukayuh sepeda,
Tanpa pernah terlihat olehku Ayah kepayahan.
Hampir saja kumasuk jurang jika tak segera Ayah pegang sepedaku.
Setiap kali saat belajar bersama Ayah tiba,
Adalah saat ketegangan menyusup persendianku.
Tungkaiku melemah.
Karena Ayah mengajariku dengan keras.
Meski nyaliku menciut,
Aku tak pernah merajuk atau patah semangat.
Kulihat binar gembira di mata Ayah,
Ketika Ayah katakan telah menulis ‘Limbuk Juara’ di tembok yang membentengi rumah kita di bagian bawah pinggir kali.
Ya..tulisan itu begitu besar.
Dan tak dapat hilang karena Ayah menuliskannya dengan jari ketika semen tembok itu masih basah.
Kulihat pengharapan yang begitu tinggi atas diriku.
Buatku cemas tak dapat penuhi asamu Ayah.
Memasuki bangku sekolah menengah pertama,
Kuputuskan untuk mengikuti yang lainnya sekolah di Jogjakarta.
Ayah tak melarang.
Mulailah kumelanjutkan aktivitasku berorganisasi.
Ayah tak begitu suka.
Aku tetap berorganisasi hingga saat ini.
Di sana aku belajar banyak hal.
Di bangku SMA kelas tiga,
Dimulailah hijrahku.
Berjilbab...
Ayah sempat mempertanyakan kesungguhanku.
Diskusi agama dengan Ayah semakin intense.
Dan semakin panas karena kekerasan hatiku dan Ayah yang tak mau mengalah.
Barulah pada saat kuliah aku lebih banyak mengalah.
Buat Ayah takjub,
Si keras kepala dapat melembut.
Kesendirianku di rumah besar dan horor,
Menghadirkan kebanggaan sendiri bagi Ayah.Ayah tertawa kala melihat di kamarku ada tombak besar yang kujadikan senjata menjaga diri.
Bukan ‘penghuni lain’ yang kutakuti,
Tapi penjahat yang akan menerkamku yang kutakuti.
Dengan berbinar pula Ayah mendengar kisahku yang kuliah sambil berdagang.
Tanpa pernah kuminta, Ayah memberiku modal.
Kala seorang lelaki shalih meminta ijin menemaniku melukis pelangi hidup,
Dengan berat hati Ayah restui.
Kala kujalani separuh diinku di masa kuliah belum usai,
Ayah ijinkan tanpa sepenuh hati.
Ayah tak pernah berkata sendiri untuk menagih janjiku tamatkan kuliah.
Karena itu hubungan dengan Ayah sempat merenggang.
Karena itu hubungan dengan Ayah sempat merenggang.
Rasaku..
Hampir tak pernah meminta jatah pada Ayah.
Hingga kini,
Ayah hampir tak pernah mendengar kisah dukaku.
Sejak dulu Ayah melihatku sebagai gadis dan wanita tegar (katanya..).
Hanya padaku Ayah banyak berkisah.
Dan kutahu kekerasan hati dan didikkan Ayah,
Adalah buah dari kerasnya hidup Ayah dulu.
Hanya aku yang berani bicara pada Ayah.
Hanya aku yang betah berkisah dan diacuhkan Ayah.
Karena kuyakin dalam diam,
Ayah mendengar dan mencermati.
Kedekatan dengan Ayah,
Membuatku bergelar..’Anak Berlian Ayah’.
Ayah...
Banyak kisah yang kukenang buat airmataku menggenang.
Juga karena rindu yang tertahan.
Ayah...
Maafkanku...
Yang tak dapat sering berkunjung ke rumah penuh kenangan masa kecilku.
Yang sering hanya dapat berkunjung dengan lisan dan hatiku.
Inginnya berlari dan memelukmu kala rindu menyergap.
Tapi dayaku terbatas.
Bahkan waktu pun sering sulit diajak berkawan.
Ayah...
Maafkanku...
Jika tak jadi seperti pengharapan Ayah.
Jika pernah melarakan Ayah.
Ayah...
Semoga Dia selalu menjaga Ayah.
Memuliakan Ayah.
Dan membalas cinta dan kebaikan Ayah dengan kebaikan yang terbaik.
Dan membalas cinta dan kebaikan Ayah dengan kebaikan yang terbaik.
Amiiin...
Kupinta padaNya...
Kupinta padaNya...
Agar Dia bisikkan padaku jika telah hampir tiba waktu berpisah denganmu Ayah.
Jika Izrail akan menjemput Ayah lebih dulu,
Ia ijinkanku membersamai Ayah,
Menuntunkan kalimat tauhid,
Hingga akhir waktu Ayah.
.....selasa 24mei2011, 01:01......
(saat menulis artikel, tiba-tiba ingat dan rindu padanya. dan jadilah puisi ini)
(saat menulis artikel, tiba-tiba ingat dan rindu padanya. dan jadilah puisi ini)
Senin, 23 Mei 2011
Empati Seorang Anak
Empati anak yang menamparku
"Seseungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. al Ahzab (33):21)
Ada seorang ibu, wali murid, yang mendatangi saya sembari meminta maaf atas perbuatan puteranya terhadap Ariba putri sulung saya. Saya bingung, karena sehari sebelumnya tak ada cerita apa pun tentang peristiwa di sekolah. Kebetulan saya juga lupa menanyakan. Kebiasaan sehari-hari saat menjemput anak-anak, dari di sekolah hingga sampai di rumah saya selalu menanyakan adakah cerita menarik di sekolah. Apa yang mereka lakukan, bagaimana teman-temannya, dan banyak hal lainnya.
Rupanya si ibu khawatir Ariba dipalak (diminta dengan paksa) oleh putranya. Cerita lengkapnya, ketika si anak sedang bertiga dengan temannya, ia haus, tapi tidak punya uang. Begitu pun dua teman lainnya, lalu memintalah si anak ini pada kakak kelasnya, tapi tidak diberi. Kebetulan Ariba dengar, lalu Ariba beri masing-masing seribu rupiah. Si anak cerita pada ibunya bahwa ia diberi Ariba uang jajan untuk membeli minum, tapi si ibu tetap tidak percaya karena puteranya dan Ariba tidak sekelas lagi (kelas putera dan puteri di pisah), sedangkan Ariba anak yang pemalu dan pendiam. Untuk memastikan cerita tersebut, si ibu bertanya pada teman puteranya yang juga diberi uang oleh Ariba. Ketika uang akan diganti, Ariba menolak. Saya katakan, “Biarkan Ariba belajar berempati bu. Uang nggak perlu diganti”.
Ketika saya klarifikasi kepada Ariba, Ariba sedikit merasa khawatir. Katanya, “Mimay nggak marahkan aku kasih uang temanku untuk beli minum? Kasihan May.” “Ooo…ya jelas nggaklah sayangku.. Masa’ berbuat baik di marahi?! Alhamdulillah kakak sudah berbuat baik”, jawab saya. Katanya lagi…”Aku pengen seperti Mimay yang suka berbuat baik. Suka menolong orang”. Subhanallah… Semoga kebaikan itu terus terpupuk. Tak pernah berhenti hingga waktu usai. -amin
Terharu, ketika mendengar penuturan Ariba, hingga mata pun berkaca-kaca. Alhamdulillah… bidadari kecilku berhati mulia. Tapi bersamaan dengan keharuan dan rasa syukur itu, saya merasa Allah menampar saya berkali-kali. Begitu keras tamparan itu saya rasakan, hingga sempat membuat saya tertegun dan merenung. Masya Allah… begitu halus dan indahnya cara Allah menegur saya. Bahwa mengajarkan dengan contoh lebih mudah diterima dan diingat juga diikuti oleh anak-anak, daripada mengajarkan mereka melalui lisan. Apalagi, jika kata-kata yang disampaikan menggunakan kata-kata yang kurang baik. Yang tak patut didengar oleh anak-anak. Atau menyampaikannya dengan cara yang kurang santun. Orang dewasa saja ketika dinasehati dengan cara yang tidak santun tak akan mudah menerima nasehat tersebut, bahkan bisa jadi menolak dan memasang wajah tak suka sebelum nasehat selesai disampaikan, sekalipun nasehat tersebut disertai dengan dalil Al Qur’an atau pun sunnah Rasul.
Anak-anak memiliki kecenderungan untuk meniru perbuatan dan perkataan kita. Bahkan ketika seorang anak marah, ucapan dan caranya marah dapat persis seperti orangtuanya ketika sedang marah. Daya ingat anak-anak sangat kuat. Seringkali tanpa kita sadari mereka meniru perilaku dan perkataan kita. Dan seringkali pula tanpa sadar kita telah memberi contoh yang kurang baik terhadap anak-anak kita. Entah ucapan, atau perbuatan. Astaghfirullaah…
Saya jadi ingat, ketika bertemu keponakan saya yang berada di lain kota, ia masih belum genap berusia dua tahun. Belum bisa bicara dengan jelas. Pada saat bertemu itu saya memberinya sebuah mainan. Ketika saya bertemu kembali, usianya sudah tiga tahun. Ketika melihat mainan yang saya berikan, ia berikan kepada saya sembari memanggil saya dan mengatakan dengan kalimat yang tidak sempurna, menunjukkan bahwa mainan itu adalah pemberian saya. Sementara orangtuanya hampir tak pernah mengingatkan mainan itu siapa yang memberi.
Anak berusia tiga tahun sudah mulai banyak belajar dari lingkungannya. Pada sebagian anak, ada yang lebih dini lagi sudah mulai bisa meniru perkataan dan perbuatan orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka menjumpai banyak hal dan belum dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk sehingga sering kita temui anak-anak melakukan perbuatan dan mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak dikatakan oleh anak-anak. Ironisnya, orangtua sering marah ketika mengetahui anak-anak mengatakan hal-hal yang tak pantas diucapkan. Kosa kata yang sudah pasti mereka peroleh dari orang-orang dewasa yang ada di lingkungannya. Bukan kosa kata hasil ciptaan mereka, yang tentunya belum mampu mereka lakukan.
Kesempatan yang terbaik bagi orangtua untuk mengajarkan banyak hal kebaikan adalah sejak anak masih kecil bahkan sejak anak masih dalam kandungan, dengan mendengarkan kalimat-kalimat indah berupa lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an, mengajaknya bicara sambil mengusap perut. Bulan pertama, asalnya janin masih berupa segumpal darah. Bulan kedua, Allah jadikan segumpal darah itu menjadi segumpal daging. Pada bulan ketiga, segumpal daging tersebut diberikan tulang belulang hingga mulailah terbentuk wujud seorang bayi. Lalu pada bulan keempat Allah sempurnakan wujudnya dan ditiupkannya ruh… Subhanallah… Kita mulai bisa memperdengarkan kalimat-kalimat yang baik padanya. Menciptakan pengharapan yang mulia baginya kelak dengan sambil mengajaknya bercerita.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kita dapat menceritakan kisah-kisah para nabi dan sahabat nabi serta orang-orang salaafush sholih lainnya. Lalu menguraikan hikmah di balik kisah-kisah tersebut untuk dijadikan teladan, dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak, memancing imajinasi anak-anak, dan dengan tanpa memaksa, mendorongnya agar menerapkan kisah yang mereka dengar dan mereka ingat dalam kehidupan nyata, maka akan terbentuklah akhlaq yang mulia, yang akan menjadi bekal mereka dalam menjalani hidup di kehidupan yang penuh warna dan rasa ini. Karenanya, peran orangtua dalam pembentukan kepribadian dan ruhani seorang anak sangatlah penting. Begitu pun para pendidik di sekolah, yang menggantikan peran orangtua selama anak-anak di sekolah.
Kita menginginkan anak-anak kita melakukan sesuatu dengan baik, atau melakukan hal-hal baik, sementara kita sendiri tidak melakukannya. “Kaburo maqtan ‘indallaahu an taquuluu maa laa taaaf’aluun”, yang artinya amatlah besar kemurkaan disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. (QS. As Saff (61) : 3). Na’udzubillah…
Saya sering mengingatkan anak-anak saya agar tidak sungkan mengingatkan atau menegur kami, orang tuanya, jika melakukan kesalahan.. Di satu sisi memicu saya untuk menjaga perilaku dan perkataan. Di sisi yang lain, mengajarkan anak-anak untuk berani mengungkapkan pendapat dan menyampaikan kebenaran. Dengan catatan, tentunya ketika anak menegur atas kesalahan kita, kita menerima dan tak berdalih untuk membela diri. Karena secara tidak langsung kita telah mengajarkan anak kita tidak jujur dan tidak berlapang hati mengakui kesalahan.
Selamat berjuang dengan gembira… menjadi orangtua yang dapat menjadi teladan yang baik untuk anak-anak yang menjadi amanah besar dari Allah swt.
*artikel ini juga dimuat di fimadani.com*
Langganan:
Postingan (Atom)